Tulila Alat Musik Batak Yang Hampir Punah

Tulila Alat Musik Batak (tulila/yale.edu)

Tulila adalah alat musik asli Batak yang terbuat dari bambu untuk menghasilkan nada suara yang merdu. Tulila mirim Tulila/yale.edu seruling bambu tetapi keduanya tidaklah sama. Yang asli alat musik Batak adalah tulila.

Suara Tulila mengalun sangat merdu dengan nuansa mistik. Pada dahulu suara tulila ini dimainkan oleh orang Batak untuk mengungkapkan perasaannya kepada sekitar dan kepada alam. Alat musik Batak ini adalah wadah untu mengungkapkan perasaan sukacita maupun dukacita dalam hidup sehari-hari. Contoh saat musim panen atau mengungkapkan perasaan kepada seseorang gadis oleh seorang lelaki.

Suaranya yang indah dan mengalun merdu membuat sering dianggap mistis, demikian nuansa yang ditimbulkan nada bunyi tulila. Maka tulila sering dipakai sebagai wadah atau media komunikasi kepada Tuhan yang dilakukan secara personal. Bunyinya yang lembut mengalun membuat seseorang membunyikan tulila untuk mengungkapkan pujaan dan sembahnya kepada Tuhan. Jadi penggunaannya jarang dilakukan bersama-sama.

Dalam kehidupan sehari-hari kadang bunyi-bunyian tulila ini dipakai petani untuk mengusir burung di sawah yang hendak memakan padi yang siap dipanen. Tulila dimainkan untuk menimbulkan bunyi sehingga didengar oleh burung-burung agar terbang pergi dari sawahnya petani.

Selain itu ada juga yang mengatakan tulila ini dipakai secara mistis untuk menaklukkan orang lain secara mistis. Jika ada seorang laki-laki yang ingin menaklukkan seorang gadis yang dianggap sombong, suara tulila akan dipakai untuk menaklukkan sang gadis.

Cara melakukannya adalah dengan membunyikan tulila didekat kediaman sang gadis dengan mempertimbangkan waktu dan arah angin tempat tinggal si perempuan. Saat Tulila dibunyikan oleh seorang laki-laki maka si permepuan akan mendengar bunyi tulila, dan akan mencari sumber suara yang dibunyikan. Saat perempuan menjumpai sumber suara itu dan melihat laki-laki yang membunyikannya, maka akan terjadi komunikasi dan si perempuan akan meminta maaf kepada si lekaki.


Suara tulila yang merdu sangat indah untuk menghasilkan nada musik untuk didengar. Bahkan suaranya bisa dimainkan untuk mengumandangkan pujian dan keagungan bagi Tuhan.

Berikut contoh suara Tulila

Perhiasan Emas Batak


Perhiasan logam baik emas, perak, suasa atau logam lain yang motifnya berasal dari Batak merupakan perhiasan yang memiliki nilai seni tinggi sebagai kekayaan budaya Batak. Motif dan design perhiasan dari Batak cukup beraneka dan kaya karena masing-masing daerah memiliki ciri khas masing-masing. Batak memiliki beberapa suku yakni Toba, Karo, Pakpak Dairi, Simalungun dan Mandailing yang membentuk suku Batak adalah kelompok etnis minoritas terbesar di Indonesia mendiami ujung utara punggung pegunungan yang membentang dari Sumatera, pulau terbesar keempat di dunia.

Orang Batak memiliki kasta khusus pekerja logam yang disebut dengan “pande” dimana mereka adalah termasuk orang yang dipandang dan anggota masyarakat lainnya sangat menghormati pengetahuan esoterik mereka. Kepintara dalam pengolahan besi dan paduan tembaga (perunggu dan kuningan), tidak hanya untuk membuat perhiasan tetapi juga berbagai macam benda utilitarian yang magis.

Teknik pengerjaan yang dilakukan adalah teknik pengecoran lilin yang sangat dikuasi dengan baik untuk menghasilkan berbagai bentuk benda perhiasam yang kuat termasuk bentuk cincin besar dan ban lengan dengan kepala besar singa, kadal, dan motif lainnya (yang juga umum digunakan pada fasad rumah Batak Bolon) .

Selain menggunakan bahan dasar emas, orang Batak juga menggunakanbahan logam perak. Kombinasi dan paduan seperti perhiasan Toba dengan berbagai macam motif-motif yang lebih detail dibandingkan ukiran  atau motif rumah Batak. Motif atau bentuk yang digunakan memiliki motif sentral tertentu dan penggunaan motiv tersebut dalam berbagai bentuk perhiasan membuktikan atau menunjukkan bahwa perhiasan Batak tidak hanya memiliki tujuan dekoratif, tetapi juga berfungsi sebagai simbol status, lencana pangkat, indikasi keanggotaan kelompok usia tertentu.

Perhiasan adalah merupakan suatu yang  melambangkan status sosial dan kekayaan sehingga hanya perempuan Batak kelas atas (perempuan yang mewakili garis keturunan kuno bisa melacak nenek moyang mereka kembali ke beberapa pendiri desa) yang diizinkan untuk memakai perhiasan orang tertentu, misalnya pada perempuan suku Batak Karo hanya keturunan tertentu yang bisa menggunakan anting spiral terbesar yang dikenal dengan nama Padung-padung.

Para pengrajin logam Toba kelihatannya tidak dapat mempertahankan tradisi lama mereka, sehingga perhiasan hasil karya dengan desaign Batak semakin sulit ditemukan, dan sayangnya kemungkinan tidak banyak informasi dan dokumentasi yang mudah didapat mengenai hal ini. Untuk menelusuri perhiasan Batak lebih banyak contoh pekerjaan pandai besi Toba yang masih bertahan berupa koleksi yang ada di tangan perorangan atau di museum.


Berbagai Koleksi Perhiasan Batak


A. Tintin (dibaca Tittin) atau Cincin

Tintin (Cincin) pada abad 19 Batak Karo, bahan Emas murni lebih dari 20 Karat.







Koleksi Museum Tropen, Belanda (https://karosiadi.blogspot.com)
Cincin tapak gaja, Perhiasan ini dibuat dari perak disepuh emas di Kabanjahe untuk pria.  Koleksi Museum Tropen, Belanda (https://karosiadi.blogspot.com)


Cincin batak
Cincin batak ini terbuat dari perak (https://budaya-indonesia.org)


Perhiasan ini terbuat dari kuningan berbentuk seorang pahlawan yang sedang menunggangi kuda
(https://budaya-indonesia.org)

 B. Horung, Horunghorung (Kalung)


Kalung dan Liontin Batak Karo koleksi Museum Tropen, Belanda


Perhiasan Kalung desain Karo dibuat dari perak dilapisi emas 


Kalung




 C. Golang, Golanggolang (Gelang)


Sibaganding dengan motif Singa Terbuat dari Kuningan Diameter dalam 6 cm, diameter luar 9 cm


Gelang dikenakan oleh seorang kepala desa di Karo, Sumatera Utara, Indonesia awal abad ke-20. Foto diambil di Wiki Loves Seni lokakarya Belanda di Museum Tropis  
di Amsterdam pada tanggal 26 Juni 2009. (https://karosiadi.blogspot.com)

D. Udengudeng, Padung, Sibong, Anting (dibaca Atting), Anting-anting (Giwang)

Sibong (Anting) – https://sigaol.com

Padung (Giwang) – https://karosiadi.blogspot.com
Anting-anting bernama padung ini dikenakan oleh perempuan karo. Anting-anting ini beratnya bisa mencapai 1,5 kg. Para perempuan Karo memakai hiasan ini pada tiap telinga. Untuk mengurangi beban berat pada telinga, anting juga ditempelkan pada tudungi….. (Sibeth 1991: 190).
E. Perhiasan di dada atau di pakaian


Perhiasan dada. Perhiasan dada ini berbentuk bulan sabit, dikenakan oleh mempelai pria Batak karo, perak disepuh emas. Koleksi Museum Tropen, Belanda. (https://karosiadi.blogspot.com)

Perhiasan dada (Bros), dibuat dari perak disepuh emas di Kabanjahe. Koleksi Museum Tropen, Belanda.












Gondang Naposo


Gondang Naposo adalah sebuah ritual etnis Batak sebagai ajang untuk perkenalan dan tegur sapa, berbalas pantun antar pemuda dan pemudi sampai melangkah ke jenjang pernikahan.
Kegiatan ini dulu dipakai oleh pemuda pemudi Batak untuk menemukan calon pasangan hidup yang cocok buat masing-masing. Pada acara Gondang Naposo akan dihadiri oleh para pemuda dan dimanfaatkan untuk berkenalan dengan orang yang dianggap menarik. Diiringi dengan musik gondang para pemuda pemudi akan berbalas pantun untuk menyatakan maksux hatiny ke orang yang dituju. jika ada  kecocokan maka akan berlanjut hubungannya hingga menuju jenjang pernikahan.
Dalam acara berbalas pantun tersebut para pemuda dan pemudi akan menilai pemuda mana yang yang sesuai hatinya. Maka dalam Gondang Naposo ini akan menunjukkan kemampuan dan keunggulan masing masing dalam menyusun kata melantunkan pantunnya untuk menarik hati pujaan hatinya.
Saat ini sudah semakin jarang kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat Batak, karena kegiatan ini merupakan salah satu kekayaan budaya dan adat Batak perlu dilestarikan agar tidak sirna ditelan zaman. Baik sekali jika belakangan ini pemerintah setempat mulai memperhatikan kelestarian budaya ini. 
Pada bulan April 2017, Anda bisa menyaksikan acara Festival Gondang Naposo yang akan diadakan di Samosir pada tanggal 29 dan 30. Acara ini akan dilaksankan di Pantai Pasir Putih Parbaba, Samosir.
Akan dipertunjukkan beberapa tarian daerah di Kawasan Danau Toba seperti tari Toba, tari Pakpak, tari Karo, tari Simalungun.
Gold Gorga

Gold Gorga

Nama gold gorga berasal dari dua suku kata terdiri dari gold dan gorga.
Gold diambil dari bahasa Inggris yang berarti emas, sedangkan gorga berasal dari bahasa Batak yang berarti seni ukir asli Batak.
Jika disatukan kedua kata tersebut menjadi gold gorga bisa diartikan sebagai nilai seni yang tinggi nilainya.
Maka dari itu Gold Gorga berisi mengenai berbagai nilai seni di Indonesia.