Perhiasan Emas Batak


Perhiasan logam baik emas, perak, suasa atau logam lain yang motifnya berasal dari Batak merupakan perhiasan yang memiliki nilai seni tinggi sebagai kekayaan budaya Batak. Motif dan design perhiasan dari Batak cukup beraneka dan kaya karena masing-masing daerah memiliki ciri khas masing-masing. Batak memiliki beberapa suku yakni Toba, Karo, Pakpak Dairi, Simalungun dan Mandailing yang membentuk suku Batak adalah kelompok etnis minoritas terbesar di Indonesia mendiami ujung utara punggung pegunungan yang membentang dari Sumatera, pulau terbesar keempat di dunia.

Orang Batak memiliki kasta khusus pekerja logam yang disebut dengan “pande” dimana mereka adalah termasuk orang yang dipandang dan anggota masyarakat lainnya sangat menghormati pengetahuan esoterik mereka. Kepintara dalam pengolahan besi dan paduan tembaga (perunggu dan kuningan), tidak hanya untuk membuat perhiasan tetapi juga berbagai macam benda utilitarian yang magis.

Teknik pengerjaan yang dilakukan adalah teknik pengecoran lilin yang sangat dikuasi dengan baik untuk menghasilkan berbagai bentuk benda perhiasam yang kuat termasuk bentuk cincin besar dan ban lengan dengan kepala besar singa, kadal, dan motif lainnya (yang juga umum digunakan pada fasad rumah Batak Bolon) .

Selain menggunakan bahan dasar emas, orang Batak juga menggunakanbahan logam perak. Kombinasi dan paduan seperti perhiasan Toba dengan berbagai macam motif-motif yang lebih detail dibandingkan ukiran  atau motif rumah Batak. Motif atau bentuk yang digunakan memiliki motif sentral tertentu dan penggunaan motiv tersebut dalam berbagai bentuk perhiasan membuktikan atau menunjukkan bahwa perhiasan Batak tidak hanya memiliki tujuan dekoratif, tetapi juga berfungsi sebagai simbol status, lencana pangkat, indikasi keanggotaan kelompok usia tertentu.

Perhiasan adalah merupakan suatu yang  melambangkan status sosial dan kekayaan sehingga hanya perempuan Batak kelas atas (perempuan yang mewakili garis keturunan kuno bisa melacak nenek moyang mereka kembali ke beberapa pendiri desa) yang diizinkan untuk memakai perhiasan orang tertentu, misalnya pada perempuan suku Batak Karo hanya keturunan tertentu yang bisa menggunakan anting spiral terbesar yang dikenal dengan nama Padung-padung.

Para pengrajin logam Toba kelihatannya tidak dapat mempertahankan tradisi lama mereka, sehingga perhiasan hasil karya dengan desaign Batak semakin sulit ditemukan, dan sayangnya kemungkinan tidak banyak informasi dan dokumentasi yang mudah didapat mengenai hal ini. Untuk menelusuri perhiasan Batak lebih banyak contoh pekerjaan pandai besi Toba yang masih bertahan berupa koleksi yang ada di tangan perorangan atau di museum.


Berbagai Koleksi Perhiasan Batak


A. Tintin (dibaca Tittin) atau Cincin

Tintin (Cincin) pada abad 19 Batak Karo, bahan Emas murni lebih dari 20 Karat.







Koleksi Museum Tropen, Belanda (https://karosiadi.blogspot.com)
Cincin tapak gaja, Perhiasan ini dibuat dari perak disepuh emas di Kabanjahe untuk pria.  Koleksi Museum Tropen, Belanda (https://karosiadi.blogspot.com)


Cincin batak
Cincin batak ini terbuat dari perak (https://budaya-indonesia.org)


Perhiasan ini terbuat dari kuningan berbentuk seorang pahlawan yang sedang menunggangi kuda
(https://budaya-indonesia.org)

 B. Horung, Horunghorung (Kalung)


Kalung dan Liontin Batak Karo koleksi Museum Tropen, Belanda


Perhiasan Kalung desain Karo dibuat dari perak dilapisi emas 


Kalung




 C. Golang, Golanggolang (Gelang)


Sibaganding dengan motif Singa Terbuat dari Kuningan Diameter dalam 6 cm, diameter luar 9 cm


Gelang dikenakan oleh seorang kepala desa di Karo, Sumatera Utara, Indonesia awal abad ke-20. Foto diambil di Wiki Loves Seni lokakarya Belanda di Museum Tropis  
di Amsterdam pada tanggal 26 Juni 2009. (https://karosiadi.blogspot.com)

D. Udengudeng, Padung, Sibong, Anting (dibaca Atting), Anting-anting (Giwang)

Sibong (Anting) – https://sigaol.com

Padung (Giwang) – https://karosiadi.blogspot.com
Anting-anting bernama padung ini dikenakan oleh perempuan karo. Anting-anting ini beratnya bisa mencapai 1,5 kg. Para perempuan Karo memakai hiasan ini pada tiap telinga. Untuk mengurangi beban berat pada telinga, anting juga ditempelkan pada tudungi….. (Sibeth 1991: 190).
E. Perhiasan di dada atau di pakaian


Perhiasan dada. Perhiasan dada ini berbentuk bulan sabit, dikenakan oleh mempelai pria Batak karo, perak disepuh emas. Koleksi Museum Tropen, Belanda. (https://karosiadi.blogspot.com)

Perhiasan dada (Bros), dibuat dari perak disepuh emas di Kabanjahe. Koleksi Museum Tropen, Belanda.












Related Posts

Perhiasan Emas Batak
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.